Hey guyss! Maaf nih baru sempet ngepost lagi. Sebenernya
cerita ini udah lama banget kejadiannya. Tapi gapapalah daripada disave di
draft kelamaan kan :D
Langsung aja yaaaah.
Ini cerita tentang mantanku yang ke 2. Kami sempat putus
sekitar pertengahan tahun 2011 lalu. Namun sebenarnya perasaan itu pun masih
ada. Meskipun begitu, aku yang ketika itu masih ingin memulihkan perasaan ini
urung ketika dia mengajakku untuk kembali ke hidupnya lagi. Hampir setengah
tahun pun aku masih menyimpan perasaan itu. Begitu juga dengan dia. Namun ini
terjadi dalam kehidupan kita masing-masing.
Sekitar Desember 2012, ketika itu ada seorang temanku,
Naufal Rizqullah yang sedang mencoba dekat denganku. Satu hari, dua hari dan
seterusnya dialah yang mengisi hari-hariku. Disitulah perasaan mulai bermain.
Diwaktu yang sama, mantanku itu mulai menghubungiku lagi. Dan dia memintaku
untuk hadir kembali di hidupnya. Aku yang ketika itu sudah mulai terbiasa akan
kecewa yang ia torehkan ketika dia memintaku untuk “berhenti sampai disini saja”,
mulai mencoba menerimanya lagi.
Dan akhirnya, saat itu 22 januari 2012 aku dan dia bersama
lagi. Mungkin keputusan ini akan membuat kecewa temanku Naufal Rizqullah atau
yang akrab dipanggil ikul. Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidak memberitahunya
sampai…. sampai dia tahu sendiri. Oh ya aku belum cerita ya siapa nama pacarku
ini? Dia bernama Alief Abdul Rahman Sholeh. ( ˇvˇ)ε˘ʃƪ)
Sebenernya gak banyak yang bisa diceritain. Karena aku yakin
pun, cerita ini akan sama seperti kisah cinta remaja kebanyakan. Yang masih aku
ingat sampai sekarang, ketika dia menungguiku selama aku berada di sebuah rumah
sakit karena kecelakaan yang aku alami. Dan setiap hari dia selalu menemani aku
untuk mengusir rasa penat yang ada. Dan itu sangat berkesan buatku. Menurutku dia
itu cowok yang paling sabar yang pernah aku kenal♥͡ Kalian tahu kenapa aku bisa
berbicara seperti itu?
Karena dia itu sabar banget ngadepin tingkah laku aku yang
kekanak-kanakan. Mungkin orang yang belum tahu aku seperti apa,akan menganggap
aku sebagai orang yang aneh. Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Aku itu
sebenarnya sangat pemalu, dan pendiam. Mungkin kalian sering mendengar bahwa
orang yang pemalu dan pendiam sepertiku ini sulit untuk memberitahu apa yang
aku rasakan, apa yang aku suka dan tidak suka dan cenderung tidak mau untuk
memulai sesuatu lebih dulu.
Mungkin hal ini yang membuat Alief pacarku ini selalu merasa
gagal mengerti aku. Mungkin dia lelah untuk terus mencoba mengerti perasaan
aku. Hingga ketika itu 18 Maret 2012, dia berpura-pura untuk meminta putus
denganku. Karena dia pikir dengan cara itu apa yang aku suka dan tidak suka
akan lebih mudah dia ketahui. Sebenernya siapa sih yang tidak kesal diputuskan
tiba-tiba padahal sebelumnya tidak ada masalah apa-apa? Jujur, waktu itu aku
kesal dengan keputusan itu walaupun itu hanya bercanda.
Hari ke-tiga setelah hari itu, aku sudah bisa mengontrol
emosi yang sempat membludak. Akhirnya hari itu kami berbaikan. Beberapa hari
setelah itu, dia tidak ada kabar. Hingga sepuluh hari itu pun aku menanti kabar
darinya. Sampai temanku, Lintang sempat bertanya “Ka, ko gak pernah smsan sama
alief sih?” Dengar pertanyaan itu membuat perasaan semakin bertambah perih.
Perih karena menanti kabar yang tak kunjung datang. Perih karena pertanyaan itu
yang membuat rindu semakin menjadi-jadi.
Akhirnya sekitar tanggal 4 April 2012, aku mencoba
menghubunginya lebih dulu. Aku juga meminta maaf karena tidak pernah memberi
kabar, karena memang ketika aku simcard ku sedang ada gangguan. Pesan darinya
saat itu seketika mengobati rasa rindu yang ada. Dan ketika itu dia memintaku
untuk bertemu esok hari karena ada hal serius yang ingin dia katakan. Akhirnya
dia memutuskan untuk menemuiku esok hari setelah pulang sekolah.
“Hal serius? Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Mengapa
harus bertemu esok hari? Mengapa tidak malam ini saja? Sebenarnya ada apa?
Bukan tentang putus kan?” Pertanyaan-pertanyaan itu yang menghantuiku malam
itu.
Keesokan harinya, ketika pulang sekolah, dia sudah stand by
di depan gerbang sekolahku. Tak sedikit teman smp-ku yang melihat dia dan
langsung memahami mengapa Alief berada disitu. Ketika itu, aku keluar dari
gerbang sekolah melihat dia diseberang dengan wajah yang dingin. Aku tahu
sekali tentang dia, dia paling tidak bisa menyembunyikan masalahnya.
Dan aku memutuskan untuk menghampiri dia. Setalah sedikit
basa-basi untuk lebih mencairkan suasana, aku pun menanyakan hal penting yang
ia bicarakan tadi malam. DIa bilang “kita bicarain dirumah kamu aja ya”. Tapi,
ketika itu aku yang hanya berdua dengan sahabatku Nana disaat sekolah sudah
mulai sepi, aku menolak tawarannya untuk pulang bareng. Aku meminta dia untuk
bicara saat itu juga.
Dia : Yakin
mau ngomong disini?
Aku : Iya,
sebenernya ada apa sih?
Dia : Yaudah.
Sebelumnya aku minta maaf ya. Kayaknya mendingan kita putus aja ya.
Aku : Loh kenapa
putus?
Dia : Ya karena
aku udah gak sayang lagi. Rasa sayang aku ke kamu udah gak sebesar dulu lagi, Cuma
sekedar rasa sayang sebagai temen. Aku minta maaf juga gara – gara gak pernah
ada waktu buat kamu.
Saat itu aku hanya bisa berdiri mematung mendengar semua
penjelasan dia. Seolah-olah aku tidak punya kata-kata untuk bicara. Aku membisu
seketika. Akhirnya karena aku yakin sudah tak ada lagi yang bisa dipertahanin,
aku pun menyetujui keputusan itu. Dan setelah itu dia pergi meninggalkan aku
yang masih terdiam membisu disitu.
Setelah bayangannya sudah mulai menghilang dari pandangan
mata, aku menghampiri Nana yang saat itu sedang membeli makanan.
Aku : Na gue
putus.
Nana : Hah? Kenapa?
Aku : Dia bilang
dia udah gak sayang lagi.
Nana : Yaampun,
sabar ya ka. Pantes aja tadi mukanya udah gak enak gitu.
Sebenarnya bisa saja
aku meluapkan tangis saat itu juga saat masih bersama Nana. Namun aku
urungkan niat itu. Aku enggan terlihat lemah didepan orang lain. Sebenarnya
tidak adil jika aku terus menyalahkan dia akan
keputusan itu. Walaupun keputusan itu benar-benar membuatku merasa
terpukul. Karena secara tidak langsung aku pun turut andil dalam keputusan itu.
Masih ingat kan akan sifatku yang enggan memulai lebih dulu? Aku sadar dia
lelah menghadapi keegoisanku selama ini.
Hilang. Sepi. Sesal. Aku rasakan setelah itu. Namun apa
boleh buat. Menangis sejadi-jadinya pun tak akan mengubah keadaan. Keesokan
harinya saat masuk sekolah, aku menjadi lebih pendiam. Bilal, sahabatku yang
sudah mengetahui cerita ini pun menyadari perubahan sikapku di kelas.
Sampai-sampai ketika pulang sekolah dia mengirimku pesan-pesan yang membantu
aku untuk up lagi.
“Ka jangan sedih dong”
“Awas aja kalo gue
liat lo lesu lemah mikirin, gue pengen lo strong :D”
“Lupain dia ka, sesusah-susahnya lupain dia, inget sifat
jeleknya, mungkin bisa bantu ngelupain”
Thanks banget buat temen-temen yang udah bantu aku buat
semangat lagi buat up lagi. Terutama sahabatku, Bilal Gustifar, Firda Saufica Amalia,
Anita Mustika Sari, temen-temen x1, Berliana Retno Hanifah, Rafidah Ilhami,
Dayanara Meutia Maliki, Astri Kusuma Pertiwi, Resita Rosiana, Aprilia Andiane,
Iro Rojatutazqiroh, Frida Yassar Maula dan Haninda Lutfiana Utami. Mungkin kalo
gak ada kalian aku masih dengan galau berkepanjangan kali yaaaa. Love youuuu :* (•˘⌣˘•)˘ε˘•)